Pendidik bukan Pembidik
Oleh Rasyid Dwi Cahyo
Masih jelas dalam ingatan saat menjadi seorang mahasiswa yang aktif menyuarakan dan mempertanyakan suatu hal. Sampai satu ketika, saya membuat tulisan berjudul “Pendidik tidak Mendidik”, ya memang bukan tulisan ilmiah yang berdasarkan hasil riset dan penelitian. Hanya menuangkan isi di dalam kepala saja yang disajikan menjadi satu tulisan. Lucu memang.
Tapi ada yang lebih lucu lagi, justru sekarang saya malah “nyemplung” di dunia pendidikan bermodalkan ilmu jurnalistik. Dan inilah awal jawaban dari tulisan saya yang berjudul Pendidik tidak Mendidik.
Jadi ada yang disebut Guru sebagai insan yang memiliki motivasi untuk mengajar. Mudah memang “mengaku” saya ngajar karena Allah dan agama. Tapi mari kita lihat pelaksanaan dan motivasi lainnya.
1. Motivasi Kompetensi
Adalah insan yang menjadi guru karena dia merasa “saya lulusan PGSD.” Jadi sudah tanggung jawab saya.
2. Motivasi Emosional
Adalah insan yang jadi guru karena dia suka banget sama anak-anak atau suka banget berinteraksi dll.
3. Motivasi Komunitas
Adalah insan yang menjadi guru sesuai komunitas dia atau orang – orang terdekat dia, misal “ayah ibu saya guru, maka saya juga harus jadi guru”
4. Motivasi Spritual
Adalah insan yang menjadikan akhirat sebagai tujuan. Sebenarnya ada yang terakhir tapi saya gak mau cantumkan, karena bisa merendahkan pendidikan, yaitu motivasi karena uang/daripada gak punya kerjaan.
Semua kompetensi punya kelemahan, kecuali spiritual.
Jadi kalau misalnya dia pendidik tapi tidak mendidik karena tiba – tiba bosan ngajar, malas ketemu anak, gak bisa memberikan solusi untuk anak, gak mau mikirin anak, dll. Maka bohong jika dia bilang motivasi ia karena spiritual. Karena jika sudah karena Allah dia gak akan merasakan lelah dan hal – hal seperti di atas.
Sederhananya pendidik banyak macam motivasinya. Dan motivasi itulah yang menentukan dia pendidik yang mendidik atau pendidik tapi tidak mendidik karena sebatas membidik keuntungan pribadi saja.
Tulisan ini dibuat untuk mengingatkan diri saya pribadi. Jika akhirnya kalian pendidik ikut merenung, maka bersyukurlah.
Terimakasih.
SHARE
- Telegram
- Pinteres