Kajian Buku
By. Sumarti M. Thahir.
Tadi malam saya ditelpon oleh rekan pemerhati pendidikan di Indonesia. Beliau saat ini sedang mendampingi pengembangan Bank Syariah Indonesia untuk pemgembangan program CSR.
Beliau sampaikan kekecewaannya akan jawaban para pelamar kaum milenial dari universitas papan atas di negeri ini. Apa pasalnya? Hampir 80% anak milenial ketikan ditanya alasan bergabung dengan BSI jawabannya pendek, jauh dari proses berpikir analitis. Beliau bertanya berapa buku yang kalian baca dalam satu bulan? Tak ada jawaban yang pasti.
Jadi…apa yang selama ini kalian lakukan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Mereka serentak via youtube…
Teman, inilah sebagian fakta yang ada di sekitar kita. Sahabat saya tersebut menekankan pentingnya milenial untuk membaca. Lalu saya bertanya, apakah mereka diajarkan tekniknya? Dan, beliaupun terdiam paham.
Apa yang diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia di semua level pendidikan? Saya sampaikan bahwa sudah beberapa mentri tidak mencantumkan pelajaran sastra. Deg, beliau mulai paham.
Teman, kami di SMP Homeschooling Bening tidak ada pelajaran Bahasa Indonesia. Kami menggantinya dengan program literasi. Semua anak yang masuk ke kami, diprofil perkembangan literasinya. Setelah itu kami akan susun program ada yang reguler berlaku untuk semua anak dan ada program khusus. Kami mengajarkan semua keterampilan berbahasa.
Salah satu program literasi adalah Kajian Buku. Anak kami berikan tugas membaca buku karya sastra karangan Hamka, dan AA Navis. Apa yang terjadi?
Pertama anak tidak mengerti bahasanya. Mereka marah kesal. Kami diamkan saja. Beberapa kali mereka membaca baru mendapatkan kuncinya. Hasilnya ada beberapa buku yang judulnya sama ditinjau dari sudut pandang yang berbeda.
Akhir dari acara kajian buku, mereka punya sudut pandang yang berbeda tentang satu masalah yang diangkat. Mereka merasakan betapa bermaknanya membaca buku sastra.
Kami, berharap sungguh yang bisa menikmati proses ini bukan hanya siswa kami. Semua anak Indonesia berhak punya pengalaman bermakna berkaitan dengan karya para tokoh negerinya. Mereka pewaris sejarah negeri ini. Izinkan mereka bangga akan karya besar para pendahulunya. Kitalah para guru, orang tua adalah jembatannya…
SHARE
- Telegram
- Pinteres