Aktivitas hari terakhir para kafilah 3 dan 4 di Desa Hanjeli dimulai dari pukul 7.00 pagi. Pagi hari, anak-anak melakukan proses finishing membuat gelas bambu. Mereka mencoba mengukir nama di gelas bambu menggunakan alat solder phyrography . Alat tersebut dibuat sendiri oleh kang Indra sebagai pengrajin gelas bambu. Selanjutnya gelas bambu tersebut diamplas dan dipernis.
Kegiatan selanjutnya adalah edukasi menyadap karet oleh kepala petani karet di desa tersebut. Anak-anak tracking sedikit ke kebun karet tumpang sari yang ditanami kopi dan teh. Kebun karet tersebut luasnya 235 ha. Perusahaan tersebut memiliki 65 orang pegawai petani karet. Satu orang akan menyadap 350 phon karet/hari mulai dari pukul 03.00 hingga 06.00. Pada pukul 07.00 mulai pengumpulan getah karet. Anak-anak praktek menyadap karet yg baik dan benar. Semua antusias bahkan mencoba dengan beberapa pohon karet yg berbeda dan diajarkan mengiris pohon karetnya dengan kisaran sudut 170⁰ supaya getahnya mengalir dengan maksimal.
Selanjutnya anak-anak menuju ke pabrik pengolahan getah karet yang sudah dikumpulkan oleh petani. Getah tersebut lalu disaring dan dicampurkan dengan bahan kimia (cuka karet) supaya dapat menyatu dengan baik serta diajarkan hitungan perbandingan bahan kimia, getah karet dan jumlah airnya. Dalam 1 tank berisi 250 liter getah karet, lalu dibuat seperti lembaran tahu. Dalam 1 hari bisa menghasilkan 6-10 tank getah karet sesuai dengan banyak petani yang menyadap karet karena tidak semua petani kerja setiap hari. Cairan getah membutuhkan waktu 1 jam untuk menjadi beku. Setelah beku lalu digiling menggunakan mesin penggilingan untuk mengurangi kadar airnya supaya membentuk jadi lembaran yang lebih tipis. Kemudian dimasukan ke ruang pengasapan menggunakan suhu 60⁰ selama 4 hari hingga jadi lateks yang siap dijual dan diolah.
Kegiatan terakhir adalah edukasi membuat teh waluran khas Hanjeli oleh ibu Koya ketua KWT. Perjalanan pulang dari kebun karet anak-anak melawati kebun teh. Mereka diedukasi memetik daun teh yang baik untuk diolah. Dilanjutkan ke rumah produksi, daun teh yang baru dipetik harus segera diolah supaya terjaga cita rasanya. Daun teh tersebut langsung disangrai oleh anak-anak mencoba menyangrai menggunakan kayu bakar, ketika sudah cukup layu daun teh tersebut langsung digilas sampai keluar minyaknya, lalu disangrai kembali sampai kering dan siap disajikan. Anak-anak belajar membedakan pengolahan teh merah dan teh hijau. Kalau teh hijau setelah dipetik tdk langsung disangrai tp dijemur trlbih dahulu sampai layu baru disangrai.
Demikian perjalanan belajar dari proses Nyantri di Desa Hanjeli. Hari ini anak-anak sudah kembali ke rumah masing-masing. Selamat beristirahat tim Hanjeli 😊😊.