Identitas
by I’an Fauziah (Guru kelas 2 Al Ayyubi)
Belakangan di linimasa saya sedang ramai persoalan tentang identitas terhadap satu suku yang telah memicu bentrokan di beberapa kota. Stereotipe yang memukul rata, menghitam-putihkan spektrum warna yang sebenarnya beragam, rupanya masih menjadi permasalahan di negara ber-Bhinneka Tunggal Ika ini.
Tentang identitas, saya jadi teringat pada materi pelajaran yang tengah berlangsung di kelas kami. Kami belajar mengenal identitas diri, bermula dengan mengidentifikasi ciri fisik diri sendiri, teman di kelas, keluarga di rumah kemudian di lingkungan sekitar.
Ada yang bermata bulat atau sipit, hidung mancung atau pesek, kulit putih atau sawo matang, badan kurus atau gemuk, dan lain sebagainya. Dari ciri fisik yang beragam ini, kami diberitahu satu ayat yang menyebutkan bahwa, “manusia adalah sebaik-baiknya penciptaan.”
Jadi, kami belajar bersyukur dengan apapun bentuknya.
Pembelajaran selanjutnya, kami diajak berkunjung ke SLB C Dharma Wanita. Setibanya di sana, kami disambut dengan ramah lalu diajak menonton beberapa perlombaan khas 17-an. Rasanya sungguh campur aduk! Kami bersemangat, antusias sekaligus sedikit merasa takut. Setelah menonton beberapa perlombaan, kami diajak berkeliling area SLB tersebut. Terdapat beberapa area yang dibuat khusus untuk teman-teman kami yang mengalami gangguan dalam penglihatan dan berjalan.
Sekali lagi, dari kunjungan ini kami belajar bersyukur atas apapun bentuk yang diberikan. Bentuk syukur ini bisa berupa memaksimalkan kelengkapan fisik yang sudah diberikan secara utuh. Atau bentuk syukur yang lebih hebat adalah, ketika tetap dapat memaksimalkan potensi fisik yang belum atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Di kemudian hari, bentuk syukur tidak melulu tentang ciri fisik. Tapi mensyukuri identitas kami sebagai muslim, salah satunya dengan tidak menstereotipkan manusia lainnya.
Salam!
