Ilmu Parenting (Pengasuhan), Butuh?
by Hikmatiyani Nastiti
Saya sempat terdiam ketika beberapa orang tua mengatakan, "Bu, saya tidak butuh parenting. Keluarga saya baik-baik saja kok". Atau "Bu, Alhamdulillah anak-anak saya baik-baik saja. Semua berprestasi. jadi bagi saya ilmu parenting itu ya sudah cukup." Ada juga "Parenting itu kebanyakan teori bu. Kalau anaknya tetap gak bisa diatur, ya sama aja bu".
Hmm, ya saya menampung semua pendapat orang tua. Untuk apa? Tentu pertama kali adalah untuk diri saya dan menanyakan ulang “Ilmu parenting itu saya pelajari, hasilnya apa?”
Ini pandangan saya :
Sepertinya dulu saya pernah berpendapat sama seperti mereka. Saat saya merasa cukup tentang ilmu masa perkembangan manusia, tugas perkembangan, stimulasi dini hingga komunikasi. Lalu, saya baik-baik saja? Tidak juga. Saat saya belajar tentang teori menanamkan disiplin, itu ciamik sekali. Lalu, saya terapkan? Hari pertama oke, kedua ya okelah, ketiga dan selanjutnya? Cape, saya lagi lelah, ah sudahlah dst. Hasilnya? Pahamlah ketika aturan tidak lagi secara konsisten dilakukan. Siapa yang salah? SAYA . Bukan mereka para psikolog yang mengajarkan.
Atau mau ilmu komunikasi yang efektif? Canggih nih ilmunya. Belajar 3 hari, pulang ke rumah. Praktikkan. Terbangunkah komunikasi efektif di rumah? Engga. Kenapa? Saya emosi. Siapa yang salah? Anak-anak dan suamikah? Ya harusnya sih yang sudah belajar itu lebih paham ya.
Lalu tiba-tiba anak saya aqil baligh. Apa yang perlu saya pelajari? Mengenal anak aqil baligh? Komunikasi dengan remaja? Lalu apakah ilmu briefing dan role playing yang saya pelajari untuk menangani anak usia dini tidak terpakai? Sederet pertanyaan sungguh takkan pernah usai saat kita benar-benar membersamai tumbuhnya anak-anak kita hingga dewasa. Hingga saya perlu belajar tentang ilmu magang, backpacker_menjadikan anak sebagai seorang musafir yang handal, talent mapping, dan sebagainya.
Di kala saya sudah memiliki empat anak dewasa_saya menjadi orang tua yang berusia kepala empat yang masih merasa perlu belajar ilmu parenting.
"Ilmu parenting sesungguhnya adalah ilmu untuk menemukan misi hidup seorang hamba Allah. Belajar parenting sesungguhnya kembali membuka kitab suci, mentadabburi ayat-ayatnya untuk menemukan kunci-kunci bagaimana Allah berikan fitrah/potensi kepada manusia untuk melakukan aktivitas-aktivitasnya sesuai "syakilah"/potensi, mengelola bumi dengan baik, mampu menjalankan peran sesuai fitrah bakatnya, membangun hubungan baik dengan sesamanya.”
“Ilmu parenting adalah ilmu memperbaiki diri. Kita belajar sekaligus berkaca apakah kita sudah menjadi manusia dewasa yang benar dipandang dari sudut agama kita. Apakah kita adalah orang yang tepat untuk menjadi model anak-anak kita dan juga lingkungan.”
Ilmu parenting takkan lengkap jika kita tidak mempelajari ayat-ayat kauniyah dan kauliyah. Takkan utuh sebelum kita menjadikan Rasulullah sebagai teladan sebagai hamba yang terbaik di muka bumi. Tak sempurna jika anak-anak kita dewasa tak mampu memikul beban syariah di pundaknya hingga menjadi orang-orang yang menebar kebaikan dan membawa berita gembira. Hingga bumi ini berisi orang-orang yang santun dan beradab.
Ilmu parenting takkan usai tanpa kita pahami bagaimana fitrah bakat anak-anak kita dapat tumbuh hingga anak-anak kita bisa menjadi seorang inovator, yang mampu memakmurkan bumi dengan cara yang syar’i.
Kesimpulannya, ilmu parenting menggerakan kita untuk mendalami bagaimana menjadi seorang manusia seutuhnya. Sebagai seorang muslim, Al Quran dan Hadist adalah dasar dan pondasi. Selanjutnya, memahami ilmu pengasuhan perlu ilmu pelengkap yang terkait dengan seluruh kehidupan. Maka takkan pernah habis kita menuntut ilmu, agar bisa menjadi suami/istri yang baik, menjadi ayah/ibu yang baik dan tentu menjadi Hamba Allah yang bertaqwa dan memiliki peran dalam membangun peradaban.
Anda memiliki dua, tiga, atau lima anak?
Masing-masing anak saja perlu ilmu dan teknik yang berbeda dalam membersamainya. Kata seorang maestro Diena Syarifa, “Bayangkan kita menjahit baju, setiap baju tiap anak pasti berbeda. Harus pas tidak boleh kedodoran atau kesempitan apalagi yg gendernya jelas beda. Harus sadar dari awal mau bikin baju laki atau baju perempuan, setelah itu baju perempuan yg seperti apa? Even sama gamisnya pun, ukurannya pasti harus beda klo mau fit in dan nyaman. Ortu adalah satu-satunya “penjahit” baju putra/i nya yg terbaik. Pihak lain hanya tukang pasang kancingnya saja.” Jadi bayangkan, berapa ilmu yang kita perlu miliki untuk memiliki strategi menghadapi anak-anak kita.
Apakah berhenti sampai di anak-anak kita?
Tentu saja tidak! Ilmu-ilmu yang telah anda miliki, praktikkan dengan segala sukses serta kegagalannya, tebarkanlah di muka bumi ini. Sungguh, takkan ada ilmu yang sia-sia saat anda belajar dan menebarkannya.
Selamat belajar untuk menjadi manusia seutuhnya.