
Hikmatiyani Nastiti
Manusia dengan Value Tinggi
Ini tentang sebuah kisah di Indonesia. Sebuah kisah “Bercyanda” yang tidak lucu. Tidak hanya melulu anak gen Z yang melakukan, negeri ini pun penuh dengan berita bercanda yang aneh.

Salah satu kesalahan dari sebagian pendidik_yaitu Guru juga Orang Tua adalah melakukan “pembiaran” dari perilaku ini.
Yap, pembiaran atas dalih bercanda. Saya banyak mendapatkan fakta tentang hal ini. Ada saat seorang anak kecil yang menarik bantal ayahnya yang lagi tidur-tiduran, anak tersebut tertawa karena ayahnya terjeduk ke lantai. Sang ayah malah tertawa diikuti orang di sekelilingnya, sambil mengatakan “Adududuh atiit atiit”. Sang anak tertawa pula dan mengulang kembali perilaku tersebut. Ia mendapatkan pengalaman baru bahwa menarik bantal kepada seseorang yang sedang tidur itu perilaku yang sah, lucu bahkan yang paling parah pemahaman mereka bahwa tindakan tersebut tidak membahayakan. Jangan salahkan mereka ketika beranjak besar, bisa saja ia menarik kursi temannya yang akan ataupun sedang duduk lalu tertawa.
Ada pula seorang anak SMP yang mendorong temannya dari tangga. Jatuhnya sang teman baginya lucu. Padahal akhirnya anak tersebut patah kakinya. Sang pelaku saat ditanya hanya menjawab “Dia aja yang lemah, didorong gitu aja jatuh”.
Belum lagi ada yang menjegal kaki temannya saat sedang berlari hingga jatuh terguling. Pelaku tertawa terbahak-bahak.
Pembiaran-pembiaran dengan dalih bercanda menjadikan anak-anak bahkan para pemuda kita saat dewasa akan meremehkan perasaan, luka fisik bahkan nyawa bagi orang lain.
Ini masalah fisik. Belum lagi tentang bercanda verbal hingga menyebabkan kerusakan jiwa orang lain.
Sangat tidak punya value jika kita membiarkan generasi ini menjadi manusia yang tidak memiliki empati. Menolak memahami luka sang korban dan mengatakan balik bahwa mereka lemah.
Orang tua perlu memberikan definisi yang tepat tentang bercanda dan bersenda gurau. Bercanda adalah situasi yang dibangun agar semua yang mengalaminya merasa rileks dan bahagia. Bukan bercanda jika salah satu di antara yang hadir merasa terluka baik jiwa maupun raga.
Sekolah perlu peka tentang anak didiknya. Ini bukan masalah anak yang lemah dan baperan. Ini adalah tentang adab, value juga nilai-nilai hingga anak didiknya tumbuh menjadi manusia yang memiliki value.
Satu bulan lalu, anak teman saya lainnya juga dipukuli, disiram diinjak-injak sepatu barunya. Apa yang disampaikan oleh gurunya? “Biasa Bapak dan Ibu, anak-anak kan bercanda saja”. Well well well, sistem sekolah yang kacau.
Hari ini saya juga berangkat mendadak menuju sebuah daerah karena putra tercinta sahabat saya akhirnya wafat. Yap, temannya sedang bercanda , dipukul perutnya hingga berujung di ruang operasi karena ususnya sobek. Lalu, apakah para Gurunya bisa tertawa menyaksikan salah satu santrinya masuk ke liang lahat? Bercanda?
Ini tentang menanamkan sebuah nilai. Islam sebagai Dinullah sudah mengatur semuanya di dalam Al Quran. Allah dengan tegas melaknat orang yang dzalim. Lalu, mengapa justru ada sebagian orang dewasa yang menyuburkan kedzaliman itu?
Didiklah anak-anak kita agar mereka menjadi punya value. Kelak jika mereka menjadi seorang suami/istri yang punya value, ia akan menghargai pasangannya. Ia tidak akan meremehkan dan selalu menjaga perasaan.
Untuk peran apapun di dunia ini, manusia yang memiliki value pasti memiliki adab dan etika _ adab terhadap Allah juga kepada makhluk ciptaannya; manusia dan alam.
Catatan Akhir :
Hakim yang memvonis 6 tahun penjara untuk koruptor yang sudah merugikan negara ratusan trilyun_anda sedang bercyanda?
Share

Penulis
Hikmatiyani Nastiti
Founder Yayasan Bening Indonesia

Topik
ABK Al Izzah Alumni Awal Semester Belajar Berkebun Buku Buku Journey Buku Tahunan Ekstrakurikuler Hikmatiyani Nastiti Ian Fauziah Inisiatif Inklusi Itikaf Karya Siswa Kelulusan Kemping Kunjungan Kunjungan Kampus Liburan Literasi MPLS Murojaah Numerasi Nyantri Olahraga PKBM PPDB Prestasi Renungan Safar Safar SD SD seminar SL SMA SMP SPS Studi Banding Sumarti M Thahir Talaqqi Tulisan Guru Wahyudin Yasin
Info dan Berita Lainnya
