Masalah dan Tantangan Itu Sama untuk Semua
by Hikmatiyani Nastiti (Ketua Yayasan Bening Indonesia)
Ada orang tua yang mengira, bahwa anak tetangga yang nilai-nilainya rapornya bagus, maka orang tua akan lebih bahagia karena mereka mudah memilih jurusan apapun di sekolah menengah atasnya. Tak ada masalah.
Ada orang yang mengira jika kita memiliki anak yang nilainya jauh di atas KKM, hidup kita sudah 80 persen tenang-tenang saja dalam mencari universitas yang mereka inginkan. Tak ada masalah.
Ada yang mengira memiliki anak dengan IP di atas 3, itu membuat orang tua bisa bersantai-santai dan tidak perlu lagi membimbing anaknya. Tak ada masalah.
Jika kita melulu berpikir bahwa keunggulan kognitif anak adalah satu-satunya yang membuat hidup kita tenang dan tak bermasalah, sepertinya ada mindset yang perlu kita ubah.
Karena untuk bisa hidup benar itu kita membutuhkan kemampuan lain selain kognitif. Mengelola emosi, bersosialisasi, beradab, semangat juang, kemampuan merencanakan, kemauan untuk mempelajari hal-hal baru, keberanian, kreativitas, kemampuan intra dan interpersonal serta banyak hal lagi hingga hidup ini menjadi lebih hidup dan berada di jalan yang benar. Belum lagi jika kita belajar tallent mapping .
Mereka yang mampu memasuki perguruan tinggi negeri, juga dihadapkan pada persoalan mencari kost yang cocok, menemukan teman asrama, mengelola keuangan sebagai anak kost, menjaga kesehatan, mencari literatur untuk tumpukkan tugas (Tugas kan diberikan untuk semua mahasiswa ya), ditegur dosen dan ditolak papernya, termasuk bagaimana agar mereka seharusnya bertambah keimanan dan ketaqwaannya.
Jadi, cerita yang saya dengar dari anak-anak yang dianggap pintar dan tidak pintar itu ya sama. Ada yang masalah dengan teman asrama, ada yang nangis karena tidak dapat membuat kartu mahasiwa , ada yang bingung mau ambil mata kuliah yang mana , ada yang stress karena paper ditolak, ada yang lambungnya sakit karena banyaknya tugas, daaan sebagainya.
Maka, daripada kita fokus membandingkan kognitif anak, lebih baik kita mulai melihat apakah kecakapan hidup anak dari hari ke hari bisa bertambah. Ketrampilan membuat power point juga dibarengi dengan kemampuan menggunakan transportasi umumlah . Kemampuan membuat penelitian yang canggih, mbok ya juga dibarengi dengan pemahaman spiritual yang baik . Kecanggihan menghasilkan projek-project juga seimbang dengan baiknya adab, akhlak , kesantunan dan juga rendah hati.
Bagi yang belum memiliki semangat juang untuk belajar tekun, perlu memiliki banyak strategi untuk meningkatkan kualitas belajarnya. Belajar dari Coach Darmawan Aji, dimana ada 5 tahap penguasaan kompetensi, yaitu;
(1) Newbe/Novice, dimana kita memang masih tahap bingung namun sudah mulai membuka dan membaca buku yang dibutuhkan,
(2) Advanced Beginner, sudah mulai memiliki pemahaman dan mampu memodifikasi pemahaman dan pelaksanaan di lapangan,
(3). Competent, nah disini seseorang sudah mulai mengumpulkan banyak pengalaman di bidang tersebut,
(4) Proficient, Sudah mulai mengetahui ilmu secara menyeluruh, Tidak lagi hanya mempelajari dan menerapkan satu fungsi saja asalkan masalahnya terselesaikan, tetapi benar-benar ingin mengetahui bagaimana sesuatu itu berjalan.Dan di kemampuan ini, seseorang mampu menyampaikan dan mengajarkan kepada orang lain,
(5). Master, ketrampilannya sudah masuk ke alam bawah sadar, bahkan terkadang merasa tidak menguasai apa-apa. Mereka banyak menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Menguasai hingga master, kurang lebih perlu menghabiskan waktu 10.000 jam..😊😊
Dan bagi mereka yang telah benar dalam menemukan ilmu, kaitkanlah dengan nilai-nilai keimanan, kesantunan, membangun kerjasama, dan seterusnya.
Semoga anak-anak kita semua bisa benar-benar memiliki hidup yang berkualitas dengan selalu mencari jalan keluar dari setiap masalah dan tantangan yang datang pada diri. Aamiin