Dr. Sumarti M Thahir, M.Pd
Matematika Kehidupan VS Numerasi Kehidupan
Hari ini tim guru Bening mengikuti pelatihan numerasi. Narasumber pelatihan ini adalah Ibu Miftahul Hidayah, M,Ed. Dari Sameo Qtep lembaga pelatihan matematika untuk guru se Asia Tenggara. Beliau juga penulis modul numerasi dan narasumber di Kemendikdasmen. Alumni Monash University ini membuka pelatihan dengan cara berpikir guru dan anak.
Ada guru dan anak yang berpikiran kaku tentang matematika. Mereka cenderung memandang matematika adalah proses menghitung, mengukur dan berkutat pada rumus. Kelompok ini ditandai dengan perasaan bersalah jika tidak bisa mengerjakan soal. Dampaknya anak mengalami kecemasan yang luar biasa dan pada akhirnya membenci matematika.
Fakta ditemukan ada 70% guru dan anak yang berada di kelompok ini. Bisa dibayangkan, mengapa banyak anak yang takut matematika. Keadaan ini semakin diperparah oleh beberapa pihak yang menyatakan bahwa matematika tidak penting, yang penting jadi orang baik. Eit, tunggu dulu kawan.
Benarkah matematika sulit? Saya punya pengalaman menjadi murid yang merasa pintar matematika di kelas 2 SMP. Saat itu saya punya guru yang sangat lucu dan santai saat mengajarkan matematika. Ketika naik kelas 3 saya menjadi murid yang bodoh karena nilai matematika turun drastis. Penyebabnya? Saya mendapatkan guru yang menakutkan.
Ternyata beberapa teman punya pengalaman yang sama. Pada saat SMA saya memilih jurusan bahasa agar tidak ketemu matematika. Eh, nasib berkata lain. Pada saat kelas 2 SMA jurusan bahasa ditutup. Jadilah ke jurusan IPS. Ada matematika pastilah. Alhamdulillah dapat guru yang asyik. Akhirnya nilai matematikaku pun cukup aman.
Guru matematika seperti guru kelas 2 SMP dan SMA ku ternyata hanya ada 30%. Ibu Miftahul Hidayah yang minta dipanggil Mbak Uul menyampaikan itulah kelompok guru matematika yang berpikiran berkembang. Istilah lainnya adalah Growth Mindset. Pikiran berkembang ini harus ada pada guru dan anak didik. Kelompok inilah yang perlu diperbesar jumlahnya.
Bagaimana agar guru dan anak didik berada di kelompok ini? Ada beberapa langkah yang perlu ditempuh.
Pertama guru perlu dikuatkan konsep matematika secara hakiki dan dihilangkan miskomunikasi tentang matematika. Keyakinan bahwa matematika ada di setiap ranah kehidupan adalah fondasi pertama yang perlu ditanamkan. Matematika ada didalam setiap jengkal kehidupan akan membuka wawasan guru, orang tua dan anak didik tentang pentingnya matematika.
Kedua guru dipastikan memiliki keilmuan yang benar tentang matematika. Apakah selama ini salah? Tunggu kawan, tidak salah hanya sedikit ada yang perlu diluruskan. Benarkah? Mari kita lihat. Ada guru yang seringkali tertukar penyebutan bulat dan bundar. Padahal dari PAUD sudah ada lagi topi saya bundar lho. Dan ada juga bakso bulat seperti bola ping pong. Namun, masih ada yang menyebut, yuk gambar jeruk bundar ya….
Perlu fakta lagi? Ada istilah persegi dan persegi panjang? Kami diberikan Mbak Uul bentuk persegi panjang dan minta untuk mencari kemungkinan kelilingnya. Seluruh peserta fokus pada lebar lebih pendek panjang. Tak ada satupun peserta yang menyebutkan lebar dan panjang yang sama. Ketika ditanya, mengapa tidak ada yang menyebut 6 × 6 ? Serempak menjawab, itu persegi bukan persegi panjang. Mbak Uul lalu menjelaskan persegi dari sifat dasarnya yaitu jumlah dan besaran sudut yang sama. Artinya kalau persegi pasti persegi panjang, kalau persegi panjang tidak selalu persegi. Inilah yang perlu dilakukan.
Ketiga sikap guru saat pembelajaran yang cenderung memberikan satu cara dalam menyelesaikan soal. Matematika adalah alat berpikir strategis dan efektif. Kalau sedini mungkin anak tidak diberi ruang untuk memiliki cara berbeda, bagaimana mungkin anak berlatih menyelesaikan persoalan dalam hidupnya? Guru-guru sebagian besar memiliki pandangan bahwa siswa mengerjakan soal sesuai contoh.
Bagaimana cara guru memberikan pertanyaan pematik siswa dan cara guru merespon adalah langkah yang harus diberikan guru untuk memperbesar jumlah guru yang berpikiran terbuka.
Pelatihan semakin bersemangat saat Mbak Uul memberikan contoh penggunaan teknologi dalam pembelajaran matematika. Selama ini kami Alhamdulillah sudah menyediakan alat manipulasi dan gambar dalam mengajar matematika di kelas. Kami juga sudah mengintegrasikan matematika di setiap mapel. Ternyata menyediakan alat kongkret saja tidak cukup. Guru perlu menggunakan berbagai cara untuk menjadikan alat manipulatif tersebut bermakna untuk anak.
Lalu apa kaitannya matematika dengan numerasi? Apakah numerasi sama dengan matematika? Apakah perlu ada jam khusus tentang numerasi?
Matematika adalah ilmu induk bagi numerasi. Tidak semua ilmu matematika bisa digunakan secara masif setiap hari. Numerasi adalah penerapan konsep matematika yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya numerasi harus diintegrasikan pada semua mapel. Untuk keilmuananya ditanamkan saat belajar di jam matematika. Penguatannya pada mapel lainnya.
Pun untuk orang tua perlu diberikan pencerahan bahwa numerasi itu bagian dari kehidupan. Latihan matematika tidak bisa dilakukan dengan drilling, nirkontek dan PR serta LK. Mari kita biasakan numerasi dalam kehidupan. Caranya? Ajak anak melakukan dialog dengan nuansa numerasi. Misalnya, coba kita lihat berapa persen nilai gizi di makanan ini? Percakapan ini dilakukan saat anak mengkonsumsi makanan kemasan yang pembungkusnya mencantumkan nilai gizi. Atau, berapa banyak waktu yang sudah kita gunakan untuk meningkatkan kemampuan diri? Apa yang terjadi jika…? Masih tersedia cara penerapan numerasi dalam kehidupan kita. Mari kita ikut membesarkan kelompok yang berpikiran berkembang tentang matematika dari diri kita, saat ini dan tanpa tunggu lagi.
Wallahu alam.
Kereta Majapahit 12 Januari 2025.
Share
Penulis
Dr. Sumarti M Thahir, M.Pd
Ketua Pengembangan Literasi Sekolah Bening
Topik
ABK Al Izzah Alumni Awal Semester Belajar Berkebun Buku Buku Journey Buku Tahunan Ekstrakurikuler Fotografi Hikmatiyani Nastiti Ian Fauziah Inisiatif Inklusi Itikaf Karya Siswa Kelulusan Kemping Kunjungan Kunjungan Kampus Liburan MPLS Murojaah Numerasi Nyantri Olahraga PKBM PPDB Prestasi Renungan Safar Safar SD SD seminar SL SMA SMP SPS Studi Banding Sumarti M Thahir Talaqqi Tulisan Guru Wahyudin Yasin