Site Loader

#2
Catatan Pojok Berkisah 1: Nabi Adam dengan Tugas Kekhalifahan

Kajian bersama Ust. Syukron Ma'mun

Mengapa ada orang yang memiliki ilmu yang banyak, namun malah makin menjauh dari Allah? Mari kita tengok apakah mindset atau pandangan para sahabat Rasulullah serta orang-orang muslim terdahulu hingga tercapainya kejayaan Islam?

Pertama, mindset mencari ilmu ini adalah fardhu, wajib. Dan kewajiban mencari ilmu ini sudah berdasarkan teks dan bukan ijtihad. Mencari ilmu adalah wajib dari setiap muslim.

Rasulullah SAW bersabda,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224)

Sehingga umat islam terdahulu jika tidak medapatkan ilmu dalam 1 hari, merasa akan gelisah. Mereka paham bahwa berilmu itu wajib. Merasa berdosa jika ditinggalkan. Jika kembali melihat untuk apa Allah berikan ilmu, yaitu sebagai pedoman hidup dalam mengelola bumi, maka apa yang akan terjadi jika kita tidak mencari ilmu ? Orang tua yang tidak mencari ilmu bagaimana bisa mendidik anaknya dengan benar. Laki-laki yang tidak mencari ilmu bagaimana menjadi seorang suami dan ayah yang benar. Wanita yang tidak mencari ilmu, tidak paham bagaimana taat dan melayani keluarganya. Bukankah kerusakan yang akan terjadi? Lalu, bagaimana pula pemimpin yang tidak berilmu namun diangkat menjadi penguasa tertinggi suatu bangsa?

Wanita anshor terkenal akan antusiasnya dalam mencari ilmu. Aisyah Radiyallahu anha mengatakan , “Sebaik-baiknya wanita adalah wanita anshor, karena rasa malu mereka tidaklah menghalangi mereka untuk belajar agama.’ HR Bukhari

Hikmah ; jangan-jangan keengganan kita menuntut ilmu dikarenakan tidak memahami bahwa itu adalah perintah. Bukankah untuk bisa melakukan gerakan sholat dengan benar, kita wajib mempelajarinya? Bukankah untuk berdagangpun ada ilmunya? Bahkan untuk menjadi seorang pemimpin, membutuhkan banyak pengetahuan untuk mengelola yang dipimpinnya .

Kedua, mindset orang terdahulu dalam mencari menempuh jalan ilmu itu seperti mereka berjalan menuju sorga. Sehingga, walau harus berjalan jauh, panas, ngantuk, lapar bukanlah menjadi masalah karena bagi mereka ini adalah jalan menuju syurga.

Dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Hikmah : Bandingkan dengan saat ini betapa banyak manusia yang memiliki banyak alasan untuk mencari ilmu. Gurunya tidak enak, kelompoknya tidak seru, ustadnya ngebosenin, tidak punya kuota, gedungnya jauh dan banyak lagi.

Ketiga, Mindset orang terdahulu dalam mecari ilmu adalah untuk mencari kemuliaan. Sedangkan meninggalkannya seperti menjatuhkan.

Allah berfirman , “Allah mengangkat Derajat orang orang yang beriman dan berilmu pengetahuan kederajat yang Tinggi” QS Al Mujadalah : 11. Dari Ibnu Umar Radiyallahu anh berkata : “Majelis ilmu lebih baik dari ibadah 60 tahun lamanya”.

Hikmah : Seandainya setiap manusia paham bahwa diri ini akan ditinggikan derajatnya saat berilmu, sungguh akan sejahteralah negeri ini karena berisi orang-orang beriman lagi berilmu. Tak ada sarjana yang berhenti belajar. Tak ada ibu rumah tangga yang merasa tak perlu belajar. Tak ada Guru yang enggan belajar. Semua ingin dimuliakan oleh Allah. Mengapa orang berilmu menjadi tinggi derajatnya? Jelas karena orang berilmu tidak akan gegabah dalam proses mencarinya. Tidak menggunakan jalan belakang hanya untuk masuk ke sekolah favorit. Orang berilmu juga dapat memilih prioritas , mengambil keputusan yang tepat dan terhindar dari sifat sombong dan membabi buta. Dengan syarat iman yang melandasinya.

Ada ilmu yang didapat dari belajar, ada yang berdasarkan wahyu atau ilham. Ilham dapat disebut pula intuisi. Wahyu diberikan kepada para nabi dan Rasul. Lalu bagaimana dengan selain padanya?

Seperti dikenang salah seorang muridnya, al-Firbari, Imam Bukhari suatu ketika berkata , “Saya menyusun kitab al-Jami’ as-Shahih ini di Masjid al-Haram, Makkah. Dan saya tidak mencantumkan sebuah hadis pun kecuali sesudah shalat istikharah dua rakaat, memohon pertolongan kepada Allah, dan sesudah meyakini betul bahwa hadis itu benar-benar sahih.” Sebuah intuisi tentu lahir dari sebuah ketaatan. Sementara, jika kita lihat saat ini, betapa banyak orang tak berilmu namun berani menentang agama Allah berdasarkan pemikirannya yang sudah ia anggap paling benar.

Maha benar Allah dengan segala firmanNya.

Ditulis oleh : Hikmatiyani Nastiti

bersambung kebagian #3

SHARE

Post Author: Bening Indonesia Foundation

Leave a Reply

Your email address will not be published.